Click here for Myspace Layouts

Sabtu, 15 Oktober 2016

Jiwa jiwa alam 

"Kita adalah jiwa jiwa yang dipersatukan oleh alam, yang tidak bisa dijelaskan oleh otak, hanya Sang Pencipta Alam lah yang mengetahui arti dari kenapa kita dipertemukan"

Pagi itu setelah hampir satu setengah tahun aku tidak mengajar kelas dasar satu, tiba tiba aku dminta untuk mengampu kelas itu lagi. Dulu ataupun sekarang aku tetap suka sekali dengan kelas dasar, ibarat sebuah cerita aku bebas membawa kemana saja arah nya. Tidak ada tuntutan untuk meneruskan cerita dari siapa. Beda dengan kelas atas. Di kelas atas aku diminta untuk memberikan ending yang Indah dari sebuah cerita yang kadang rangkaian ceritanya saja dari awal sudah tidak jelas dah salah kaprah. Mau diberikan ending yang Indah jadi terkesan memaksa.
Singkat cerita mungkin ini adalah kado yang Indah dibulan Maret ini.

Sudah aku bilang diatas kita adalah bakal jiwa jiwa yang disatukan oleh alam. Aku kenal mereka. Dih, sumpah aneh banget penampkan dari mereka, super serius, dah ngalahin kelas toefl aja nieh wajah anak anaknya. Hahahaha, liat aja pasti aku sulap kalian jadi orang yang gila turunan. Mulai lah tebar tebar aura negatif kemereka. Eh, aku memang guru, tapi aku tahu kapan aku jadi guru kapan aku jadi layaknya seorang badut. Ketika mengajar dah dijadikan sarana mendidik yang penuh dengan paradoks formalitas maka jangankan otak hati aja yang lebih gampang tersentuh menjadi tidak akan peka lagi. Aku ikhlaskan diri ini mengajar dan aku temanin mereka menjadi apa yang bisa aku arahkan dalam pergaulan. Dua minggu jalan sama mereka menjadikan aku berubah menjadi kami. Layaknya orang pacaran yang sering apel, kita juga sering banget apel bareng malah bukan hanya malam minggu tapi hampir tiap malam kita apel, ngomong ngalor ngidul, berbicara hal yang endan sampai pada target hidup.

Ceritaku diatas adalah sebuah prolog dimana aku dalam kata kami menemukan seseorang yang misterius. Orang yang suka berpaikan seksi di kelas aku, orang yang suka paling g mudeng saat dijelaskan, orang yang paling suka nonggol diakhir apel, menjadi orang yang selangkah lebih sukses dari kami. Adalah orang yang sudah menginjakan kakinya dibenua biru di Negara tempat nenek moyang aku sempat kembali,  Holland, Belanda. Entah kehebatan apa yang dia miliki sampai dia bisa menginjakan kaki dia 16 hari lamanya. Rezeki kata dia. Mulai saat ini aku mulai kepo dengan hidup dia. Aku bukan kemal hanya cukup kepo aja. Karena bagi aku siapapun dia, akan selalu menjadi orang yang pantas akau kepoin kalu dia dah pernah ke negeri seberang.

Bla bla bla, ternyata kisah dia bak cinderella millenium. Bukan cinderela kalu ceritanya tidak ada melo melonya. Eits,.melo bukan berarti penyiksaan nya. Rezekilah yang mengantarkan dia mempunyai kisah cinderela dengan sentuhan yang berbeda. Ketemu melalui hobinya yang suka backpacker sebagai salah satu rutinitas penyenggaran kembali otak yang mulai jenuh dengan seabrek kegiatan. Pertemuan dipulau dewata, berlanjut pada pertemuan orang tua dibenua seberang. Sungguh kisah yang tidak semua orang punya.

Kita tidak ditakdirkan oleh Sutradara kehidupan untuk selalu tahu kemana dan gimana ending dari sebuah cerita. Kita hanya diminta untuk selalu menyakini kalu akan ada keindahan dalam setiap jalannya, akan selalu ada cerita yang terbentuk disetiap harinya, bukan ending nya yang harus selalu dipikirkan tetapi jalinan cerita setiap harinya.
Thanks Alam, dari kamu aku dapat sebuah kisah yang unik dari sisi lain kehidupan dunia ini.
Thanks juga hadiah dari Belanda nya, pegang benda dari Negara itu adalah cerita tersendiri bagi aku yang pantas aku banggakan.
 15 oktober 2016


Tidak ada komentar: